Tentang Tenang yang Tak Bisa Dibeli
Ada banyak hal yang bisa dibeli dengan uang, tetapi tidak dengan ketenangan. Kita bisa membeli tempat tidur yang empuk, tapi tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Kita bisa membeli rumah besar, tapi belum tentu bisa pulang dengan hati yang damai.
Ketenangan bukan hasil dari kemewahan, tapi buah dari keberserahan. Ia hadir bukan karena semua urusan telah selesai, tapi karena hati belajar menerima — bahwa hidup tidak harus sempurna untuk bisa disyukuri.
Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Ayat di atas sering kita dengar, tapi jarang benar-benar kita rasakan. Karena mengingat Allah bukan sekadar menyebut nama-Nya, melainkan menghadirkan-Nya dalam setiap rasa. Ketika sedang sibuk, kita sadar bahwa kekuatan berasal dari-Nya. Ketika gelisah, kita tahu bahwa arah terbaik adalah kembali kepada-Nya.
Ada masa di mana semua tampak baik, namun hati tetap tidak damai. Mungkin bukan karena kurangnya rezeki, tapi karena hati belum menemukan sandaran sejati. Sebaliknya, ada orang yang hidupnya sederhana, tapi setiap langkahnya terasa ringan. Ia tidak memiliki banyak, namun tidak kekurangan apa pun.
Ketenangan bukan tentang apa yang kita genggam, melainkan tentang siapa yang kita yakini. Ketika hati percaya bahwa semua takdir berada dalam genggaman Allah, maka tak ada lagi alasan untuk takut kehilangan.
Dalam rutinitas sebagai seorang ASN, kita sering dihadapkan pada target, kebijakan, atau tekanan dari berbagai arah. Namun di tengah pusaran itu, ketenangan menjadi kebutuhan batin yang paling mendasar. Ia bukan berarti berhenti berjuang, melainkan berjuang tanpa kehilangan keseimbangan jiwa.
Mungkin ketenangan itu datang saat kita duduk sejenak di antara tumpukan berkas, menarik napas panjang, lalu mengingat: “Aku bekerja bukan hanya untuk memenuhi kewajiban, tapi untuk menunaikan amanah.”
Dan dari kesadaran itulah, ketenangan muncul perlahan — seperti embun yang jatuh di pagi hari, tak terdengar tapi menyegarkan.
Ketenangan tidak butuh banyak kata, cukup hati yang jujur dan doa yang dalam. Ia tidak ditemukan di tempat yang ramai, tapi di hati yang berserah dengan tulus.
“Tenang bukan karena hidup mudah, tapi karena kita percaya Allah memegang kendali.” 🌿 (Baca juga: Mengawali Hari dengan Syukur)
Komentar
Posting Komentar